Jumat, 22 Juli 2016

Tenaga Kerja Asing tidak Wajib Berbahasa Indonesia, apa Masalahnya?


Sumber

Beberapa waktu yang lalu wacana pembatalan kebijakan yang mewajibkan tenaga kerja asing untuk menguasai bahasa Indonesia bergulir. Tujuan dari pembatalan kebijakan tersebut adalah mempermudah masuknya investasi asing di tengah melemahnya perekonomian nasional. Dampak positif dari pembatalan kebijakan ini belum bisa tergambar karena survei dan penelitian mengenai pengaruh kewajiban berbahasa terhadap masuknya investasi belum banyak dilakukan. Namun, dampak negatif dari tidak diwajibkannya tenaga kerja asing untuk berbahasa Indonesia lebih nyata adanya. Sayangnya, argumen-argumen yang beredar di dunia maya tidak banyak menggarisbawahi dampak negatif dari pembatalan kebijakan kebahasaan ini. Banyak yang melihat bahwa penggunaan bahasa asing di lingkungan kerja Indonesia bukan merupakan hal yang besar. Tentu hal tersebut perlu diluruskan.
                
Tidak seperti bahasa Inggris, bahasa Indonesia belum banyak dikuasi oleh kebanyakan orang di dunia. Dari segi kepraktisan, bahasa Inggris jauh lebih mudah digunakan oleh tenaga kerja asing yang bekerja di institusi nasional. Orang-orang Indonesia yang bekerja di perusahaan pun tidak akan menemui banyak masalah jika harus berbicara bahasa Inggris karena bahasa internasional tersebut diajarkan sejak taman kanak-kanak dan penguasaannya menjadi salah satu syarat wajib untuk bekerja. Tenaga kerja asing dan tenaga kerja lokal tidak akan mengalami kendala komunikasi dan roda ekonomi tetap akan berputar walaupun tanpa dorongan bahasa Indonesia. Lalu di mana letak masalahnya? (Mungkin) kita merasa bisa lebih baik ketika bahasa dan bangsa asing menguasai perekonomian negeri. Namun, apakah kita mau menukar keuntungan ekonomis dengan identitas bangsa yang tercermin dalam penggunaan bahasa Indonesia? Masalah dari dibatalkan kebijakan ini terletak di hilangnya posisi tawar bahasa Indonesia baik di mata internasional maupun di mata masyarakat sendiri.  

Warga negara asing yang ingin belajar atau bekerja di negara maju seperti Jepang, Jerman, dan Perancis diwajibkan untuk mengusai bahasa nasional negara-negara tersebut. Jika tidak, mereka tidak akan mendapatkan pekerjaan dan pelayanan maksimal untuk belajar. Hal tersebut terdengar seperti penghalang untuk para warga negara asing untuk datang dan berinvestasi. Nyatanya, tenaga kerja asing yang menguasai bahasa nasional dan datang ke negara-negara tersebut masih banyak jumlahnya. Kenapa demikian? Karena selain memberikan akses pekerjaan dan pendidikan, penguasaan bahasa nasional negara-negara tersebut juga berarti akses untuk mengerti kemajuan ekonomi, sains, dan sosial-budaya negara yang bersangkutan. Bahasa nasional negera-negara tersebut punya posisi tawar dan menguntungkan jika dikuasai. Dengan demikian, dalam konteks Indonesia, ketika tenaga kerja asing tidak diwajibkan menguasai bahasa nasional, secara tidak langsung ditunjukkan bahwa penguasaan bahasa Indonesia tidak memberi banyak keuntungan. Ekonomi, sains, teknologi, sosial, dan budaya Indonesia pun dikesankan tidak perlu dipelajari oleh bangsa asing ketika bahasa yang memuat itu semua tidak wajib dipelajari. 

Selain itu, pembatalan kebijakan ini juga akan memberi masalah pada keberadaan bahasa Indonesia di masyarakat luas. Keran investasi berusaha dibuka lebar untuk memperbaiki ekonomi bangsa. Artinya diharapkan sebanyak mungkin pekerja asing datang ke Indonesia dan bekerja di sektor strategis. Pekerjaan sektor strategis itu tentu bukan hanya diperuntukan kepada tenaga kerja asing, namun juga tenaga kerja lokal. Pertanyaannya, ketika tenaga kerja asing dan tenaga kerja lokal berada dalam satu institusi, bahasa apa yang akan lebih sering digunakan untuk berkomunikasi? Karena tenaga kerja asing tidak bisa berbahasa Indonesia, sementara tenaga kerja lokal dapat berbahasa Inggris, kemungkinan besar bahasa Inggris akan lebih banyak digunakan. Bahasa Indonesia menjadi tamu di negeri sendiri. Kesan bahwa pekerjaan di sektor strategis hanya bisa didapat jika lebih fasih berbahasa Inggris pun akan terpapar di masyarakat, membuat bahasa Indonesia terkesan bukan bahasa untuk sukses bekerja. Oleh karena itu, tidak aneh jika banyak orang berkata “Jika ingin bekerja di perusahaan besar dan mendapatkan penghasilan yang tinggi, yang terpenting adalah bisa bahasa Inggris”. Itu semua terjadi karena kita “menghargai” tamu dengan memberi apa yang bisa mereka dapatkan daripada apa yang kita miliki. Padahal, seyogyanya tamu menerima dan menghargai apa yang tuan rumah miliki dan suguhkan, bahasa Indonesia.    

Tujuan dari pembatalan kebijakan wajib berbahasa Indonesia bagi tenaga kerja asing adalah masuknya investasi asing. Artinya, diasumsikan bahwa bahasa Indonesia merupakan salah satu faktor yang menyebabkan warga negara asing enggan berinvestasi di Indonesia. Padahal, jika memang secara ekonomi penanaman investasi di Indonesia akan menguntungkan, para investor akan berlomba untuk menanam modal tak peduli faktor non-ekonomis yang menghalangi. Daripada menukar identitas bangsa dan lembaran-lembaran dollar, sebaiknya pemerintah mencari akar permasalahan ekonomi dan alternatif lain untuk menarik investor. Selain itu, menguasai bahasa Indonesia tentu saja tidak akan merugikan tenaga kerja asing. Dengan menguasai bahasa Indonesia, mereka bisa mengerti lebih dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Indonesia, yang baik secara langsung maupun tidak langsung, akan berpengaruh pada karir mereka di Indonesia. Saat ini, sudah banyak lembaga dan pusat pelatihan bahasa Indonesia untuk penutur asing yang bisa membantu para tenaga kerja asing menguasai bahasa Indonesia.             

Kami Duta Bahasa Jawa Barat tentu saja secara halus menolak pembatalan kebijakan tentang kewajiban tenaga kerja asing untuk menguasai bahasa Indonesia. Kami juga mengajak para pembaca untuk sadar dan membuka diskusi  tentang pentingnya bahasa Indoensia yang merupakan identitas bangsa.


Tentang penulis:
Ihsan Nur Iman Faris adalah Juara ke-3 ajang Pemilihan Duta Bahasa Jawa Barat 2015. Saat ini, penulis bekerja sebagai instruktur bahasa Inggris di Balai Bahasa UPI Bandung. Kepeduliannya terhadap literasi di Indonesia ditunjukkan dengan aktivitasnya di The Bottles Indonesia di mana anak-anak dapat belajar bahasa Inggris secara gratis dengan mengumpulkan setidaknya lima botol plastik bekas. Selain mengajar, penulis juga aktif dalam kegiatan sosial dan kepemudaan bersama Purnacaraka Muda Indonesia (PCMI) Jawa Barat dan Young Southeast Asian Initiative (YSEALI). Penulis dapat dihubungi di alamat surel: ihsannif(at)gmail(dot)com.


 


Apakah kamu Duta Bahasa selanjutnya?
Segera tuangkan pemikiranmu ke dalam esai bertemakan budaya literasi dan tunjukkan bahwa kamu adalah Duta Bahasa selanjutnya! Lihat persyaratannya di sini serta unduh formulirnya di Google Drive, Mediafire, atau 4shared. Jadilah pejuang yang siap menyebarkan virus-virus kebahasaan! Jangan lupa ikuti kami di Facebook, Twitter, Instagram, dan Line (Duta Bahasa Jabar) untuk informasi terkini terkait pemilihan Duta Bahasa Jawa Barat 2016 dan seputar kegiatan Dubas Jabar.

 
"Berbudaya Literasi, Membangun Bahasa!"

Rabu, 20 Juli 2016

MITOS DAN FAKTA BAHASA INDONESIA

beritabeja.blogspot.com

Dilansir laman Kompasiana pada Rabu (24/06/205), saat ini Bahasa Indonesia telah dipelajari lebih dari 45 negara di dunia. Berbagai pendapat tentang bahasa Indonesia pun beredar di masyarakat. Namun, apakah pendapat-pendapat yang beredar tersebut merupakan mitos atau fakta?

1.        Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu?
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional Indonesia yang digunakan dalam berbagai aktivitas. Dari mana sesungguhnya bahasa Indonesia berasal? Faktanya, bahasa Indonesia adalah benar berasal dari bahasa Melayu. Awalnya, bahasa Melayu dibawa oleh para pedagang dan digunakan sebagai bahasa lingua franca bagi para pedagang yang berasal dari berbagai wilayah. Kemudian bahasa melayu yang berkembang di Indonesia mengalami berbagai penyesuaian dalam hal kosa kata, pengucapan, penulisan, dan unsur bahasa lainnya.


2.        Lidah orang Indonesia fleksibel, sehingga mudah mempelajari bahasa lain?
Perbedaan latar belakang sejarah, politik, dan perlakuan yang berbeda menyebabkan munculnya perbedaan tata bahasa, peristilahan dan kosakata, pengucapan, serta tekanan kata pada dua bentuk standar modern yang sekarang dipakai. Oleh karena itu, bahasa Indonesia tidak memilki logat halnya dengan bahasa Melayu. Bahasa Indonesia cenderung lebih netral dan tidak memiliki logat tertentu dalam pengucapannya. Berbeda dengan bahasa lain yang dibutuhkan penekanan dalam intonasi dan pengucapannya, bahasa Indonesia bisa dimengerti lewat pengucapan katanya saja.
Pengucapan yang bisa dibilang netral ini membuat lidah orang Indonesia fleksibel dalam mempelajari bahasa asing. Penutur bahasa Indonesia cenderung lebih mudah mempelajari dan menyesuaikan pengucapan dengan bahasa asing yang dipelajari, maka pengucapan yang dihasilkan bisa dikatakan sangat baik. berbeda dengan bahasa lain yang masih terpengaruh logat bahasa asalnya sendiri. Namun, lidah yang fleksibel ini bukan hal mutlak dalam hal mempelajari bahasa lain. Semuanya kembali lagi pada masing-masing individu.

3.        Bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa tersulit di dunia?
Kemampuan penguasaan bahasa berbeda bagi setiap individu atau bergantung pada individu masing-masing. Selain itu, ada juga tiga faktor utama yang menentukan tingkat kesulitan bahasa: perbedaan konseptual, perbedaan leksikal, dan perbedaan grafis dengan bahasa asal.
a.      Perbedaan konseptual
Secara konseptual, struktur setiap bahasa berbeda-beda. Perbedaan bisa terletak pada pengucapan, penggunaan idiom, penggunaan register, dan bahasa tubuh dari masing-masing bahasa.
b.Perbedaan leksikal
Bahasa yang berasal dari rumpun dan sejarah yang sama akan memiliki struktur dan kosa kata yang hampir sama. Oleh karena itu, penutur asli bahasa Inggris akan lebih mudah mempelajari Prancis, Spanyol, Italia, Portugis, Jerman atau Swedia.
c.       Perbedaan grafis
Sistem penulisan dari masing-masing bahasa juga merupakan suatu kendala dalam mempelajari sebuah bahasa. Bahasa seperti Jepang, Arab, atau China memiliki tata penulisan yang berbeda dari bahasa lainnya. Sehingga, mempelajari bahasa-bahasa yang memiliki tata penulisan yang berbeda akan cenderung lebih sulit dibandingkan dengan bahasa yang masih menggunakan abjad atau alfabet yang umum.
The Foreign Service Institute (FSI) telah membuat daftar yang menunjukkan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari bahasa tertentu oleh penutur bahasa Inggris. Hal ini menentukan level kesulitan bahasa berdasarkan FSI. Indonesia menempati urutan ke tiga tersulit untuk dipelajari oleh penutur asli bahasa Inggris. Hal ini disebabkan oleh perbedaan bahasa dan/ atau budaya bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Jadi, apakah benar bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa tersulit di dunia? Jawabannya YA jika dipelajari oleh penutur asli bahasa Inggris.

4.   Apakah  dengan menguasai bahasa yang sulit berarti secara natural kita lebih pintar?
Faktanya, bahasa yang dimiliki seseorang ternyata sangat berpengaruh terhadap pola pikir dan perilaku manusia. Setiap bahasa memiliki struktur yang berbeda yang menyebabkan seseorang lebih mudah ataupun lebih susah dalam memepelajari suatu hal. Misalnya, pada bahasa Inggris yang menerapkan sistem lampau (past) dan masa depan (future), orang menganggap yang sudah terjadi berada di belakang dan yang akan terjadi berada di depan. Hal ini membuat penutur asli bahasa Inggris cenderung menyondongkan tubuhnya ke depan ketika memikirkan masa depan dan sebaliknya. Tentunya, setiap bahasa memiliki strukturnya masing-masing (cognitive toolkit), maka perilaku orang-orang yang menguasai bahasa yang berbeda akan memiliki kemampuan kognisi yang berbeda pula. Masing-masing berisi cara mempersepsikan, mengkategorikan dan memaknai sesuatu dengan cara yang berbeda.
Jadi, apakah dengan menguasai bahasa yang lebih sulit kita akan lebih pintar? Jawabannya tidak. Mengapa? Karena setiap bahasa dengan strukturnya menghasilkan kemampuan kognisi yang berbeda-beda. Jadi, seseorang dengan bahasa A mungkin akan lebih pandai dalam bidang hitung menghitung atau seseorang dengan bahasa B akan lebuh pandai dalam bidang penentuan arah.

5.        Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi MEA?
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan kerjasama negara-negara di ASEAN dalam bidang ekonomi. Guna membentuk hubungan yang baik antar negara, diperlukan pula komunikasi yang baik. Maka, dibutuhkan satu bahasa sebagai bahasa resmi untuk menjalin komunikasi yang baik antar negara ASEAN. Saat ini telah muncul gagasan yang mengusulkan bahasa Indonesia/ bahasa Melayu menjadi bahasa resmi MEA. Hal ini menjadi bahan pertimbangan bahwa mayoritas penduduk ASEAN menggunakan bahasa Indonesia/Melayu. Akan tetapi, hal tersebut masih berupa gagasan. Faktanya, saat ini bhasa resmi Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah bahasa Inggris.

Demikian sekilas mitos atau fakta mengenai bahasa Indonesia. Jangan lupa untuk tetap berbangga dan terus menjaga bahasa Indonesia, karena bahasa merupakan identitas suatu bangsa. Mari perdalam lagi pengetahuan kita mengenai bahasa Indonesia.

Selasa, 19 Juli 2016

Pemilihan Duta Bahasa Jawa Barat 2014




Bagi kalian calon Duta Bahasa Jawa Barat yang masih bingung dan penasaran dengan proses seleksi sampai akhir untuk menjadi Duta Bahasa Jawa Barat, kalian bisa membaca pengalaman para Duta Bahasa Jawa Barat 2014 (Dubas Jabar 2014). 

Sebelum menjadi 30 besar, para calon Dubas Jabar yang sudah mendaftarkan diri beserta esainya diseleksi menjadi 100 besar. Dyana C. Jatnika salah satu Duta Bahasa Jawa Barat 2014 yang akrab disapa Dyana mengaku menyelesaikan esainya dalam waktu 12 jam. Menurut Dyana, kuncinya adalah tetap fokus. Sedangkan bagi Riaz Halid, Juara Favorit Duta Bahasa Jawa Barat 2014 ini butuh 5-7 hari dalam mempersiapkan esai pertamanya. 

Setelah 100 besar calon Dubas Jabar terpilih, para calon harus mengikuti seleksi menuju 30 besar. Bila sudah terpilih menjadi 30 besar, semua finalis sudah merupakan Dubas Jabar. Seleksi yg harus dilewati oleh 100 besar calon Dubas Jabar adalah UKBI (Uji Kemahiran Bahasa Indonesia) dan menulis esai dalam tiga bahasa yang temanya spontan ditentukan oleh panitia saat itu juga. Persiapan Dyana sebelum menghadapi UKBI adalah mencari tahu lewat internet dan berlatih. Menurutnya, sumber untuk berlatih UKBI sangat banyak. Jadi, bagi kalian calon Dubas Jabar, jangan takut dan ayo berlatih dari sekarang. sedangkan untuk esai tiga bahasa, Dyana membuka kembali buku-buka bahasa Sunda semasa sekolahnya dulu serta membaca artikel bajasa Indonesia dan Inggris yang diunduh dari internet untuk memperkaya kosakatanya dalam membuat esai. 

Menurut Dinia Ridanti, Dubas Jabar 2014 yang akrab disapa Anchi, UKBI tidak semenakutkan dengan apa yang dibayangkan. Jadi bagi kalian para calon Dubas Jabar, tidak perlu merasa takut karena kalau Anchi bisa, kalian pun juga bisa.

Setelah terpilih menjadi menjadi Finalis yang berjumlah 30 orang (15 laki-laki dan 15 perempuan), para finalis Dubas Jabar akan dikarantina. Tahun 2014 karantina sampai dengan final dilaksanakan di Hotel Horison. Difa Dini Asfari, Duta Bahasa Jawa Barat 2014 mengungkapkan bahwa pengalaman karantina saat itu berkesan. Mulai dari berkenalan dengan finalis lain yang memiliki prestasi segudang dan berasal dari berbagai daerah di Jawa Barat, sampai pelajaran yang tidak akan didapat di sekolah maupun kampus. 

Begitu pula dengan Cindy Intan Audya, Duta Bahasa Jawa Barat 2014 ini mengatakan bahwa karantina saat itu luar biasa karena mendapatkan wawasan baru serta teman-teman baru yang menjadi keluarga sampai saat ini. 

Setelah selesai menjalani karantina, para finalis menjalani hari final untuk menentukan pemenangnya. Di hari itu pula, ketiga puluh finalis dilantik menjadi Duta Bahasa Jawa Barat dengan penyerahan samir sebagai bukti kalau mereka adalah Duta Bahasa Jawa Barat 2014.

Jumat, 15 Juli 2016

DUTA BAHASA BERPRESTASI - PIA ZAKIYAH

Sumber: http://www.piazakiyah.com
Pemilihan Duta Bahasa sudah beberapa kali diselenggarakan. Banyak generasi muda yang antusias dalam mengikuti pemilihan tersebut demi meraih gelar menjadi seorang Duta Bahasa. Namun, Duta Bahasa bukan hanya gelar semata, karena menjadi seorang Duta Bahasa berarti siap untuk meneruskan cita-cita Sumpah Pemuda untuk selalu menjaga dan mencintai bahasa Indonesia.
Selesai pemilihan pun bukan berarti selesai pula bagi seorang duta bahasa untuk kembali seperti ‘biasa’. Justru, hal tersebut merupakan awal dari tugas seorang Duta Bahasa agar terus menularkan semangat dan cinta terhadap bahasa, terutama bahasa Indonesia. Seperti kisah dari Pia Zakiyah, seorang finalis Duta Bahasa Jawa Barat 2011 yang meraih penghargaan sebagai Duta Bahasa Berprestasi tahun 2015 berkat pengabdiannya terhadap bahasa dengan mengajar bahasa Indonesia di Australia.

Pia Zakiyah lahir di Bandung pada 28 Desember 1990. Dia mengikuti pemilihan Duta Bahasa Jawa Barat pada tahun 2011. Meskipun tidak keluar sebagai juara, tetapi Pia merasa sangat beruntung untuk bisa menjadi bagian dari keluarga besar Duta Bahasa, karena selain mendapatkan pelajaran dan pengalaman yang berharga, disitu juga dia dipertemukan dengan berbagai macam orang hebat dengan segudang prestasinya yang luar biasa.

Pia yang merupakan lulusan Pendidikan Bahasa Inggris dari UPI ini mendapatkan kesempatan dari kampusnya tersebut yang bekerja sama dengan Department of Education and Training Victoria untuk menjadi guru bantu bahasa Indonesia di Australia. Tentu dia merasa sangat senang dan tidak ingin melewatkan kesempatan emas yang ada dihadapannya tersebut. Apalagi hal itu juga sejalan dengan pengalamannya sebagai seorang Duta Bahasa sehingga dapat memperkenalkan bahasa sekaligus budaya Indonesia di Negeri Kangguru tersebut.

Di sana dia ditempatkan di kota Geelong yang berjarak kurang lebih 80 km dari kota Melbourne. Dia menjadi guru bantu bahasa Indonesia bagi anak-anak tingkat sekolah dasar sampai dengan tingkat menengah atas. Media pembelajaran bahasa Indonesia di sanapun sangat menunjang dalam proses pembelajaran. Kelas bahasa Indonesia dipenuhi dengan beragam gambar, poster, mainan, film, layar interaktif, komputer, buku-buku, bahkan cinderamata yang didatangkan langsung dari Indonesia. Kelengkapan fasilitas tersebut juga karena didukung oleh pemerintahnya yang sangat giat dalam menggalakkan berbagai program agar gemar membaca demi meningkatkan kualitas masyarakatnya. Tidak hanya untuk bahasa mereka sendiri, tetapi juga untuk bahasa asing yang mereka pelajari.

Beragam program imersi untuk siswa dan guru bahasa Indonesia pun diadakan demi membantu mereka dalam proses pembelajaran. Pia turut terlibat sebagai fasilitator di dalam program imersi Department of Education and Training di berbagai daerah di Victoria. Selain itu, dia dan kedua temannya yang menjadi guru bantu bahasa Indonesia juga sempat terlibat menjadi pemateri lokakarya dalam konferensi VILTA (Victorian Indonesian Language Teachers' Association).

Banyak hal menarik yang dia dapatkan selama satu tahun mengajar disana. Beberapa kali dia menemukan beragam petunjuk atau papan informasi dalam tulisan bahasa Indonesia, seperti di stasiun sampai di tempat mesin-mesin ATM. Selain itu, banyak masyarakat disana yang mengerti dan mampu menggunakan bahasa Indonesia untuk percakapan umum sehari-hari. Hal tersebut tidak aneh karena bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa yang paling populer dan diajarkan mulai dari kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi.

Begitupun dengan murid-muridnya ketika diajarkan bahasa Indonesia sangat antusias karena menurut mereka bahasa Indonesia itu cukup mudah untuk dipelajari. Alasan lain juga menyebutkan bahwa mereka antusias dalam belajar bahasa Indonesia karena mereka ingin memakainya saat liburan pada saat ke Indonesia.

Disela-sela aktivitasnya sebagai pengajar, Pia juga mengajak kepada para calon peserta untuk mengikuti pemilihan Duta Bahasa ini. “Jangan takut untuk mencoba. Pintu untuk menuju pengalaman yang berharga akan terbuka jika kita mau mencoba berkecimpung menjadi Duta Bahasa. Banyak keseruan di dalam komunitas Duta Bahasa karena kita bertemu banyak teman-teman yang berprestasi. Yuk, jadi Duta Bahasa!” Ujar wanita yang hobi fotografi tersebut. (RF)

Tentang Penulis: 
Firyal Aulia Rahman adalah Duta Bahasa Jawa Barat tahun 2015 yang lahir di Sukabumi pada 7 Juni 1997. Dia merupakan alumni program akselerasi pada saat duduk dibangku sekolah menengah atas. Beberapa prestasi yang pernah diraih diantaranya adalah Juara I olimpiade IPA (2008) dan peraih nilai ujian nasional tertinggi jenjang SMP se-Kota Sukabumi (2012). Saat ini dia sedang menempuh pendidikan S1 jurusan Teknik Industri di Universitas Gunadarma dan aktif sebagai Staff Humas BEM FTI Universitas Gunadarma.

Apakah kamu Duta Bahasa selanjutnya?
Segera tuangkan pemikiranmu ke dalam esai bertemakan budaya literasi dan tunjukkan bahwa kamu adalah Duta Bahasa selanjutnya! Lihat persyaratannya di sini serta unduh formulirnya di Google DriveMediafire, atau 4shared. Jadilah pejuang yang siap menyebarkan virus-virus kebahasaan! 

Jangan lupa ikuti kami di FacebookTwitterInstagram, dan Line (Duta Bahasa Jabar) untuk informasi terkini terkait pemilihan Duta Bahasa Jawa Barat 2016 dan seputar kegiatan Dubas Jabar.
"Berbudaya Literasi, Membangun Bahasa!"



Selasa, 12 Juli 2016

DUTA BAHASA BERPRESTASI – META INDRIYANI KURNIASARI



    Vietnam, Thailand, dan Korea Selatan adalah ketiga negara yang pernah menjadi tempat belajar bagi Meta Indriyani Kurniasari, peraih juara II Duta Bahasa Jawa Barat tahun 2013. Tidak hanya mempelajari budaya negara orang ketiga tersebut, mojang Bandung kelahiran 22 November 1994 yang akrab disapa Teh Meta ini juga mendapat kesempatan untuk menempuh pendidikan selama spring academic year di Ritsumeikan University, Osaka campus, jurusan “Policy Science”.
Ketika ditanya mengenai pengalamannya mempelajari budaya negara lain, Teh Meta tidak sungkan berbagi cerita. Inilah jawabannya.
Pengalamanku belajar, in terms of “Youth Exchange”, belajar budaya negara orang, sudah pernah ke:
  1. Vietnam (2013), selama 9 hari, nama programnya BiSAC (Billateral Student Adventure Camp) tempatnya di ThangLong University, Hanoi, Vietnam
  2. Thailand (2014-2015), selama satu minggu, nama programnya ASC (ASEAN Science Camp) tempatnya di Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand
  3. Korea Selatan (2013), selama 11 hari. Ini nama programnya adalah IKYEP (Indonesia-Korea Youth Exchange Program) yang merupakan program resmi dari pemerintah Indonesia, atau sering dikenal PPAN (Pertukaran Pemuda Antar Negara), saya menjadi perwakilan dari Jawa Barat sebagai delegasi Indonesia. Acaranya fully funded dari Kemenpora RI kerjasama dengan MOGEF (Ministry of Gender and Equal Family) South Korea and Korea Youth Centre.”
    Mahasiswi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Bandung ini mengemukakan bahwa banyak sekali peran duta bahasa dalam pencapaiannya tersebut. Banyak sekali pelajaran yang Teh Meta ambil sejak tergabung dengan duta bahasa pelajar pada tahun 2011. Tentunya sebagai duta bahasa pastinya dituntut untuk belajar bahasa, terutama bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pelajaran ini sangat bermanfaat dalam kehidupan perkuliahan. Selain bermanfaat untuk pengerjaan tugas, terbiasa untuk berbahasa Indonesia yang baku di wilayah kampus pun merupakan salah satu manfaatnya. Teh Meta yang dinobatkan sebagai “The Most Contributed West Java Language Ambassador 2015” pernah diberi kesempatan oleh Ibu Ade (Pengurus Balai Bahasa) untuk mengajar bahasa Indonesia kepada orang asing. Rasa kepercayaan diri Teh Meta untuk berbicara dalam bahasa Inggris meningkat karena hal tersebut. Belajar bahasa dan belajar mengajar orang asing menjadi bekal Teh Meta ketika diminta memperkenalkan bahasa Indonesia pergi di Vietnam.
    Tidak hanya manfaat seputar kebahasaan, peraih juara II dalam “Indonesia Language Promotion Competition” juga bercerita bahwa belajar berorganisasi dan kekeluargaan merupakan manfaat yang didapat dari duta bahasa. Duta bahasa dirasa membentuk karakter Teh Meta dalam berorganisasi. Belajar memposisikan diri ketika menjadi panitia acara yang berhubungan dengan lembaga pemerintahan adalah salah satu hal penting yang didapat Teh Meta. Berbekal pengalaman organisasi di duta bahasa, rasa kepercayaan diri Teh Meta semakin meningkat dan mengantarkan dirinya sebagai PJ Cultural Performance ketika menjadi delegasi Indonesia pada program IKYEP. Banyak sekali lomba yang diikuti oleh alumni SMA Negeri 12 Bandung ini. Tidak sedikit pula acara-acara yang diikutinya, tetapi ikatan alumni duta bahasa selalu menjadi tempat yang nyaman untuk kembali. Rasa kekeluargaan yang didapat melalui duta bahasa membantu Teh Meta belajar memposisikan diri. Tidak hanya di organisasi, tetapi juga di kampus dan kehidupan sehari-hari.
    Setelah mendapat kesempatan untuk belajar di negeri orang, Teh Meta mengaku bahwa dirinya justru tidak mengerti mengapa banyak orang Indonesia yang kurang memiliki kebanggaan sebagai orang Indonesia dan selalu bangga dengan negara asing. Akan tetapi, Teh Meta menjadi sangat paham bahwa Indonesia itu benar-benar negara yang kaya budaya dan kaya segalanya dibandingkan negara lain. Budaya ramah-tamah orang Indonesia merupakan salah satu budaya terbaik yang dimiliki Indonesia. Jika ada orang lain bertanya asal negara saya, dengan bangga saya selalu menjawab “I'm Indonesian.”
    Teh Meta berharap semoga alumni-alumni duta bahasa semakin banyak yang kece, keren, dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya serta bisa berbagi ilmu dengan adik-adik duta bahasa yang lain. Semoga duta bahasa selalu bisa menjadi rumah untuk kembali seperti yang dirinya rasakan. Harapannya juga semoga segala aktivitas dan acara duta bahasa semakin lancar dan memberi dampak besar bagi pemuda serta tanah air tercinta. Terakhir dari Teh Meta, semoga duta bahasa bisa benar-benar terus menyebarkan virus kecintaan terhadap bahasa Indonesia.

Apakah kamu Duta Bahasa selanjutnya?

Segera tuangkan pemikiranmu ke dalam esai bertemakan budaya literasi dan tunjukkan bahwa kamu adalah Duta Bahasa selanjutnya! Lihat persyaratannya di sini (dubas dewasa) dan di sini (dubas pelajar) serta unduh formulirnya disini (dubas dewasa) dan di sini (dubas pelajar). Jadilah pejuang yang siap menyebarkan virus-virus kebahasaan!

Jangan lupa ikuti kami di FacebookTwitterInstagram, dan Line (Duta Bahasa Jabar) untuk informasi terkini terkait pemilihan Duta Bahasa Jawa Barat 2016 dan seputar kegiatan Dubas Jabar. 

"Berbudaya Literasi, Membangun Bahasa!"


DUTA BAHASA BERPRESTASI – RAHADIAN MUSLIM






    Jepang dan Turki merupakan kedua negara yang pernah dikunjungi oleh Kang Rahadian Muslim, salah satu finalis Duta Bahasa Jawa Barat 2013. Bukan sekadar berkunjung, melainkan menjadi perwakilan Indonesia untuk program pertukaran pelajar. Kang Rahadian yang akrab disapa Kang Raha ini mengaku bahwa pemilihan duta bahasa yang pernah diikutinya berpengaruh terhadap pencapaiannya untuk belajar di negeri orang. Duta bahasa merupakan salah satu tempat belajar bagi Kang Raha yang tercatat sebagai mahasiswa aktif Teknik Pertambangan, Institut Teknologi Bandung. Kecakapan berkomunikasi, mengemukakan pendapat, membuka wawasan, dan melatih rasa percaya diri merupakan beberapa pelajaran yang didapatkan oleh Kang Raha.
Peraih Juara I Mahasiswa Berprestasi Teknik Pertambangan ITB Tahun 2016 ini memiliki pandangan baru terhadap kebudayaan setelah belajar di negeri orang. Inilah pandangan Kang Raha terhadap kebudayaan Indonesia.
    “Kebudayaan Indonesia sangatlah beragam. Sebagai bangsa Indonesia, kita harus menguasai salah satu komponennya, misal mau belajar bagaimana cara menarikan tradisional, mengenal filosofi adat istiadat masyarakat, dan memahami karakter kebudayaan tersebut karena di luar negeri, kita menjadi perwakilan bangsa Indonesia untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia,”

    Ketika ditanya tentang harapannya untuk duta bahasa, delegasi Indonesia untuk International Youth Forum on Climate Change and Sustainable Development 2016 ini berharap semoga duta bahasa bisa terus menjadi tempat belajar bagi setiap orang yang memutuskan untuk bergabung di dalamnya. Duta bahasa diharapkan mampu mewadahi berbagai bentuk potensi dan kontribusi, serta menjadi tungku api yang siap melebur besi keras menjadi pedang tajam, dalam artian dapat membuat orang yang ada di dalamnya belajar menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi siapa pun.

Apakah kamu Duta Bahasa selanjutnya?

Segera tuangkan pemikiranmu ke dalam esai bertemakan budaya literasi dan tunjukkan bahwa kamu adalah Duta Bahasa selanjutnya! Lihat persyaratannya di sini (dubas dewasa) dan di sini (dubas pelajar) serta unduh formulirnya disini (dubas dewasa) dan di sini (dubas pelajar). Jadilah pejuang yang siap menyebarkan virus-virus kebahasaan!

Jangan lupa ikuti kami di FacebookTwitterInstagram, dan Line (Duta Bahasa Jabar) untuk informasi terkini terkait pemilihan Duta Bahasa Jawa Barat 2016 dan seputar kegiatan Dubas Jabar. 

"Berbudaya Literasi, Membangun Bahasa!"


DUTA BAHASA BERPRESTASI - HABIBAH HASNAH HERMANADI

   
    Habibah Hasnah Hermanadi, akrab disapa Teh Beeba, mendapat kesempatan untuk belajar studi pemerintahan dan kebijakan luar negeri Timur Tengah di Sakarya, Turki selama musim dingin tahun 2015 lalu. Salah satu finalis Duta Bahasa Pelajar tahun 2011 ini mengaku senang karena melihat komunitas duta bahasa penuh dengan orang-orang yang bersemangat dan berbakat. Itulah pengaruh yang didapatkan dari duta bahasa dalam pencapaian mojang Bandung kelahiran 22 Maret 1994 tersebut. Tidak hanya belajar di Turki, Teh Beeba juga berhasil menyisihkan 3.951 orang untuk mewakili Indonesia dalam Model Asia-Europe Meeting yang diselenggarakan selama dua minggu di Ulan Bator, Mongolia. Kesibukan lainnya yang sedang dijalani adalah menjadi asisten peneliti di Pusat Studi ASEAN Universitas Gadjah Mada.
    Teh Beeba yang tercatat sebagai mahasiswi jurusan Hubungan Internasional di Universitas Gadjah Mada mengemukakan pendapatnya akan kebudayaan Indonesia setelah belajar di negeri orang. Teh Beeba paham betul mengapa budaya begitu dihargai. Mojang Bandung yang hobi bermain bola basket ini juga turut menyatakan penyesalannya karena dirinya tidak bisa menarikan sebuah tarian tradisional ataupun memainkan suatu alat tradisional dari Indonesia di ranah internasional. Sesungguhnya kebudayaan Indonesia itu sangat beragam dan dikagumi oleh masyarakat luar Indonesia atas keragaman dan keunikannya, tutur Teh Beeba. Akan tetapi, di balik penyesalannya, Teh Beeba pun merasa senang karena bisa mengajak orang asing untuk mendalami kebudayaan negara tercinta, Indonesia.

Apakah kamu Duta Bahasa selanjutnya?

Segera tuangkan pemikiranmu ke dalam esai bertemakan budaya literasi dan tunjukkan bahwa kamu adalah Duta Bahasa selanjutnya! Lihat persyaratannya di sini (dubas dewasa) dan di sini (dubas pelajar) serta unduh formulirnya disini (dubas dewasa) dan di sini (dubas pelajar). Jadilah pejuang yang siap menyebarkan virus-virus kebahasaan!

Jangan lupa ikuti kami di FacebookTwitterInstagram, dan Line (Duta Bahasa Jabar) untuk informasi terkini terkait pemilihan Duta Bahasa Jawa Barat 2016 dan seputar kegiatan Dubas Jabar. 

"Berbudaya Literasi, Membangun Bahasa!"


Lihat juga artikel lainnya: DUTA BAHASA BERPRESTASI – RAHADIAN MUSLIM

DUTA BAHASA BERPRESTASI – LEMUEL KALEB ABRAHAM DILENS


    Lemuel Kaleb Abraham Dilens, lahir di Bekasi, 19 Oktober 1997. Putra sulung dari pasangan Bapak Budianto dan Ibu Lena Sandini Kartikasari yang akrab disapa Kang Bram ini merupakan salah satu finalis Duta Bahasa Pelajar tahun 2015. Sebelum mengikuti ajang pemilihan duta bahasa, Kang Bram sempat mengikuti program pertukaran pelajar ke negara Italia. Setelah mengetahui budaya dan bahasa baru dari negara yang dikunjunginya, Kang Bram mengutarakan bahwa dirinya memiliki pandangan tersendiri terhadap budaya dan bahasa dari tanah air tercinta. Peraih Juara I News Reading di Prescendent tahun 2015 ini mengemukakan bahwa budaya dan bahasa negara Indonesia tidak kalah dengan budaya negara lain. Pada dasarnya setipa budaya memang mempunyai keunikan dan keunggulannya masing-masing. Indonesia memiliki budaya yang sangat beragam dan tidak dapat ditemukan di belahan dunia yang lain, itulah keunikan dan keunggulan budaya negara Indonesia menurut Kang Bram.
    Kini, Kang Bram tercatat sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Sebelas Maret. Kang Bram berharap duta bahasa dapat membangkitkan semangat generasi muda dalam menggunakan bahasa Indonesia serta bahasa daerah yang baik dan benar.

Apakah kamu Duta Bahasa selanjutnya?

Segera tuangkan pemikiranmu ke dalam esai bertemakan budaya literasi dan tunjukkan bahwa kamu adalah Duta Bahasa selanjutnya! Lihat persyaratannya di sini (dubas dewasa) dan di sini (dubas pelajar) serta unduh formulirnya disini (dubas dewasa) dan di sini (dubas pelajar). Jadilah pejuang yang siap menyebarkan virus-virus kebahasaan!

Jangan lupa ikuti kami di FacebookTwitterInstagram, dan Line (Duta Bahasa Jabar) untuk informasi terkini terkait pemilihan Duta Bahasa Jawa Barat 2016 dan seputar kegiatan Dubas Jabar. 

"Berbudaya Literasi, Membangun Bahasa!"


DUTA BAHASA BERPRESTASI - ABDUL GHANI AZIIZ

   

    Abdul Ghani Aziiz, peraih Juara I Duta Bahasa Pelajar Jawa Barat tahun 2012, berkesempatan menempuh pendidikan selama setahun di Republik Ceska dua tahun silam. Putra bungsu dari pasangan Bapak Achmad Rohenda dan Ibu Komariah yang akrab disapa Kang Aga ini mengaku bahwa gelar juara tersebut turut menjadi poin plus dalam seleksi program pertukaran pelajar. Tidak hanya menjadi bekal di awal perjalanan, tetapi juga menjadi modal bagi Kang Aga untuk memperkenalkan Indonesia di Republik Ceska. Di sela-sela kegiatan belajar, peraih Juara I Duta Remaja BKKBN Kota Bandung tahun 2013 ini sering memberi presentasi mengenai kebudayaan Indonesia, mulai dari presentasi di dalam kelas sampai presentasi di Praha depan umum. Berbicara mengenai kebudayaan Indonesia, tentunya tidak akan lepas dari kebahasaan. Informasi seputar fakta-fakta kebahasaan di Indonesia yang didapat melalui karantina pemilihan duta bahasa berhasil membuat para pendengar terpukau. Salah satu pengalaman lainnya yang didapat oleh Kang Aga adalah mengajar bahasa Indonesia di kelas bahasa Inggris, Ceko, Spanyol, dan Jerman. Pengajaran tersebut berakhir dengan pemberian tugas membuat kamus sederhana yang memuat kata-kata dari bahasa Indonesia.
    Semakin bangga akan budaya Indonesia, itulah yang dirasakan oleh alumni SMA Negeri 6 Bandung setelah mengikuti program pertukaran pelajar ke Republik Ceska. Melihat penampilan tari tradisional Indonesia yang dibawakan oleh warga negara Ceko di Praha menjadi dorongan bagi Kang Aga untuk bisa menarikan tari tradisional dari tanah air. Kang Aga berharap duta bahasa bisa menjadi pageant yang berbeda dari yang lain, terus menjadi orang-orang hebat serta pintar dan berprestasi di komunitas. Tak lupa juga semoga ikatan alumninya semakin kompak, harap Kang Aga.

Apakah kamu Duta Bahasa selanjutnya?

Segera tuangkan pemikiranmu ke dalam esai bertemakan budaya literasi dan tunjukkan bahwa kamu adalah Duta Bahasa selanjutnya! Lihat persyaratannya di sini (dubas dewasa) dan di sini (dubas pelajar) serta unduh formulirnya disini (dubas dewasa) dan di sini (dubas pelajar). Jadilah pejuang yang siap menyebarkan virus-virus kebahasaan!

Jangan lupa ikuti kami di FacebookTwitterInstagram, dan Line (Duta Bahasa Jabar) untuk informasi terkini terkait pemilihan Duta Bahasa Jawa Barat 2016 dan seputar kegiatan Dubas Jabar. 

"Berbudaya Literasi, Membangun Bahasa!"


Senin, 11 Juli 2016

Mengapa Finlandia Bisa?

Finlandia merupakan negara yang terletak di Eropa Utara dan berbatasan langsung dengan Swedia serta Rusia. Ibukota Finlandia adalah Helsinki. Menurut data Worldbank, sampai akhir tahun 2015 jumlah penduduk Finlandia tercatat sebanyak 5.482.014 jiwa. Negara yang merupakan salah satu anggota Skandinavia ini juga dinobatkan sebagai World’s Most Literate Nations berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh John W. Miller (2016). 

Di dalam data yang digambarkan oleh World Bank tahun 2015, komposisi penduduk Finlandia adalah 16% penduduk usia 0-14 tahun, 64% penduduk usia 15-64 tahun, dan 20% penduduk usia 65 tahun ke atas. Dapat disimpulkan bahwa lebih dari setengah penduduk Finlandia adalah penduduk dengan usia produktif.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh John W. Miller (2016), Finlandia merupakan negara yang berada pada urutan pertama dari 61 negara yang diteliti sebagai negara terpelajar dan negara dengan tingkat literasi tertinggi di dunia. Hal ini disebabkan oleh fasilitas pendidikan Finlandia yang sangat mendukung penduduknya untuk memiliki budaya literasi yang tinggi.

Faktor utama mengapa tingkat literasi di Finlandia paling tinggi sedunia menurut penelitian Pirjo Sinko dari Finnish National Board of Education tahun 2012 adalah anak-anak sudah dibiasakan untuk membaca oleh orangtuanya sehingga para guru dan sekolah di Finlandia sudah terbantu dan didukung oleh pendidikan anak di lingkungan keluarga. Pustakawan di Finlandia juga sangat berperan dalam mendukung para guru dan sekolah. Pustakawan akan memberikan informasi mengenai buku-buku terbaru sedangkan guru akan mengimplementasikan informasi tersebut dengan sistem yang baik kepada murid-muridnya. Interaksi ini tidak terjadi setaun sekali tetapi sangat sering agar sekolah pustakawan, guru, dan murid terus memperbaharui ilmu mereka.

Di dalam penelitian itu juga disebutkan bahwa Finlandia merupakan salah satu negara dengan sistem perpustakaan terbaik di dunia. Para penduduk Finlandia memanfaatkan fasilitas pendidikan yang telah disediakan terbukti dengan tingkat peminjaman buku di perpustakaan publik yang tinggi baik bahkan buku untuk anak-anak dan anak muda. Sinko (2012) juga menyebutkan bahwa setidaknya setiap rumah di Finlandia pasti berlangganan satu koran. Hal yang sangat menarik adalah cerita sebelum tidur adalah hal yang sangat penting dan dibudayakan oleh setiap keluarga di Finlandia bagia anak-anaknya. Selain itu, setiap program televisi asing di Finlandia tidak pernah menggunakan pengisi suara tetapi menggunakan teks berjalan sehingga warga Finlandia mau tidak mau akan membaca teks berjalan tersebut. 
 
 
Baca juga tentang: Indonesia dan Literasi
 
Sangat berbeda dengan Finlandia, tingkat literasi di Indonesia berada pada urutan ke 60 dari 61 negara sebelum Botswana pada urutan ke 61. Tetapi, dalam penelitiannya, Miller (2016) menyebutkan bahwa bila faktor kemampuan membaca saja menjadi fokus di penelitiannya dan faktor buta huruf dimasukkan ke dalam penelitiaanya maka, Singapura akan berada di urutan pertama. Sedangkan bila penilaian memasukkan faktor jumlah perpustakaan dan jumlah buku di perpustakaan, Estonia, Latvia, dan Norwegia menjadi urutan paling atas. Tetap saja, tidak ada Indonesia di urutan teratas.

Tentu saja hal ini menjadi pukulan bagi Indonesia. Hal kecil yang dapat dilakukan untuk membudayakan literasi saat ini adalah membiasakan membaca untuk diri kita sendiri terlebih dahulu setelah terbiasa dan menjadi budaya bagi diri sendiri, hal tersebut akan dengan mudahnya ditularkan kepada orang sekitar kita. 
 

Tentang penulis:

Difa Asfari adalah Duta Bahasa Jawa Barat 2014. Difa merupakan lulusan S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Katolik Parahyangan yang sangat gemar menulis. Difa telah melakukan beberapa penelitian ekonomi dua dari hasil karyanya telah dimuat di Jurnal Ekonomi Unpar serta salah satu karya ilmiahnya telah dipresentasikan di konferensi internasional IRSA 2015 lalu.




Apakah kamu Duta Bahasa selanjutnya?


Segera tuangkan pemikiranmu ke dalam esai bertemakan budaya literasi dan tunjukkan bahwa kamu adalah Duta Bahasa selanjutnya! Lihat persyaratannya di sini (dubas dewasa) dan di sini (dubas pelajar) serta unduh formulirnya di sini (dubas dewasa) dan di sini (dubas pelajar). Jadilah pejuang yang siap menyebarkan virus-virus kebahasaan!

Jangan lupa ikuti kami di Facebook, Twitter, Instagram, dan Line (Duta Bahasa Jabar) untuk informasi terkini terkait pemilihan Duta Bahasa Jawa Barat 2016 dan seputar kegiatan Dubas Jabar.
"Berbudaya Literasi, Membangun Bahasa!"