Beberapa waktu yang lalu, nama Vicky Prasetyo mungkin bukan nama yang asing lagi bagi sebagian masyarakat Indonesia. Pria yang dinilai kontroversial itu terkenal dengan gaya bicaranya yang tidak biasa. Dalam beberapa wawancara dengan media, ia seringkali mengeluarkan ucapan-ucapan yang membuat pendengarnya mengerenyitkan dahi. Tak jarang ia juga menuliskan ucapan-ucapan tidak lazim di akun Twitternya. Ketidaklaziman ucapan Vicky itu terindikasi dari diksi yang dinilai berlebihan dan tidak tepat seperti “kontroversi hati” , “konspirasi kemakmuran”, “statusisasi”, dan “rumitisasi”. Gaya bahasa Vicky disebut “Vickynisasi” oleh sebagian orang. Waktu memang sudah berlalu dan pemberitaan tentang Vicky sudah mereda, tapi apakah fenomena yang sama masih ada? Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari fenomena bahasa ini?
Diksi yang berlebihan dan Bahasa Inggris yang tidak tepat yang dilontarkan Vicky tersebut sontak mengundang olok-olokan masyarakat. Sebagian masyarakat mungkin berpandangan bahwa gaya bahasa Vicky hanyalah gaya bahasa yang ‘sok intelek’ dan sulit diterima. Hal ini terlihat dari banyaknya komentar negatif dari masyarakat mengenai gaya bahasa Vicky. Banyaknya komentar negatif tentang gaya bahasa Vicky ini menunjukan bahwa masyarakat Indonesia sadar akan buruknya penggunaan bahasa yang salah dan pentingnya berbahasa yang tepat. Jika demikian, masyarakat seharusnya dapat melihat kasus-kasus lain yang serupa dengan kasus “Vickynisasi” ini. Bahkan, masyarakat seharusnya dapat melihat kesalahan penggunaan bahasa yang seringkali dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia itu sendiri.
Salah satu contoh kesalahan penggunaan bahasa yang umum terjadi di masyarakat adalah penyisipan Bahasa Inggris yang tidak tepat. Contohnya, penggunaan kata ‘boring’. Kita mungkin sering mendengar atau membaca tulisan seseorang yang mengatakan “aku boring nih, butuh hiburan”. Ekspresi tersebut digunakan untuk menyatakan bahwa sang penulis atau pembicara sedang merasa bosan. Padahal, dalam Bahasa Inggris, kata ‘boring’ bermakna membosankan, bukan bosan. Sehingga, jika seseorang mengatakan ‘aku boring’, ucapan tersebut bermakna ‘aku membosankan’. Kesalahan ini merupakan kesalahan fatal namun terdengar lazim karena pemakaiannya yang cukup masif.
Kesalahan lainnya adalah penggunaan kata ‘entertain’ yang sering diucapkan oleh para selebritis. Sebagian dari mereka sering mengucapkan ‘dunia entertain’ untuk merujuk pada frasa ‘dunia hiburan’. Padahal, dalam Bahasa Inggris, kata ‘entertain’ merupakan sebuah kata kerja yang seharusnya tidak digunakan untuk merujuk ke sebuah benda atau komoditas. Bentuk kata benda dari kata ‘entertain’ adalah ‘entertainment’. Sehingga, ‘dunia entertainment’ menjadi lebih tepat daripada ‘dunia entertain’. Namun, akan lebih baik lagi jika para selebritis lebih konsisten: jika ingin menggunakan Bahasa Indonesia, gunakan Bahasa Indonesia; jika ingin menggunakan Bahasa Inggris, gunakan Bahasa Inggris. Sehingga, penggunaan frasa ‘dunia hiburan’ akan lebih baik daripada ‘dunia entertainment’. Kesalahan ini penting untuk diperhatikan terutama karena kesalahan ini sering ditemukan di kalangan selebritis yang menjadi figur publik dan memiliki pengaruh yang cukup besar pada sebagian masyarakat.
Kesalahan lain yang juga berasal dari dunia hiburan adalah penggunaan ucapan ‘keep smile’ yang sering dilontarkan Caesar. Penggunaan ucapan ini jelas tidak tepat. Dalam tata Bahasa Inggris, kata kerja yang digunakan setelah kata ‘keep’, mesti ditambahkan dengan –ing. Sehingga, frasa ‘keep smile’ seharusnya berbentuk ‘keep smiling’. Kesalahan ini menjadi tidak terlalu kentara karena penggunaannya yang sering -- bentuk yang salah itu diucapkan Caesar hampir di setiap awal gerakan goyangannya. Sehingga, ucapan yang kurang tepat itu pun menjadi terngiang dan secara tidak sadar dapat masuk ke dalam daftar perbendaharaan kata sebagian masyarakat yang menganggapnya benar.
Selanjutnya, mungkin kita sering mendengar seseorang berkata ‘thanks before ya!’. Bagi sebagian orang, frasa ‘thanks before’ mungkin diucapkan untuk berterimakasih sebelum lawan bicaranya melakukan atau memberikan sesuatu. Nyatanya, frasa ‘thanks before’ tidak pernah ada dalam kosakata Bahasa Inggris. Frasa tersebut hanyalah terjemahan per kata dari frasa ‘terimakasih sebelumnya’ dalam Bahasa Indonesia. Dalam Bahasa Inggris, untuk mengatakan “terimakasih sebelumnya”, ekspresi yang digunakan adalah ‘thanks in advance’.
Tulisan ini bukan dimaksudkan untuk lebih memperolok gaya bahasa Vicky, merendahkan gaya bahasa sebagian selebritis, atau kita semua. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi sebuah awalan pemikiran bahwa fenomena “Vickynisasi” mungkin bukan hanya lelucon semata, namun bisa jadi sebuah peringatan untuk kita semua agar tidak semata-mata menjadikan sesuatu, khususnya gaya bahasa seseorang, sebagai bahan olokan tanpa berefleksi diri terlebih dahulu. Mari kita lebih berhati-hati dalam berujar dan berkritik.
(dimuat di harian umum Seputar Indonesia, Jumat 25 Januari 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar