Senin, 20 Juni 2016

Karena Kami Peduli



Sigar, Gisha, Fatya, dan Tufana dalam acara Parenting Islami Inklusi dan Sanlat Ramadhan Penyandang Disabilitas 2016 (17 Juni 2016)

" Keterbatasan fisik tidak bisa membatasi manusia untuk bersosialisasi, berusaha, dan berkarya untuk menjadi manusia yang lebih baik."
  
Menjadi manusia yang sempurna adalah idaman bagi semua oran. Berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan gelar 'sempurna' dalam berbagai hal. Namun apalah daya, setiap orang pasti memiliki kekurangan, hanya kita sendiri yang bisa menutupi kekurangan tersebut dan membuatnya seakan sempurna. Tetapi, apa yang akan anda lakukan apabila sebuah kekurangan itu tidak dapat ditutupi? Ya, kekurangan pada fisik dan mental tidak dapat ditutup oleh hal yang serupa. Orang itu hanya bisa menutupinya dengan semangat hidup dan membuat seolah dia tidak memiliki keterbatasan. Cukup sulit memang karena hanya mereka yang merasa demikian, sedangkan orang lain masih menganggap hal itu ada.

Rumah Autis menyelenggarakan kegiatan Parenting Islami dan Pesantren Kilat khusus untuk saudara kita penyandang disabiltas. Melalui Mas Nursasongko, Duta Bahasa Jawa Barat diundang untuk mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pada kegiatan tersebut.  Selain tim dari Duta Bahasa Jawa Barat, tim Mojang Jajaka Jawa Barat dan duta lainnya ikut andil dalam pendampingan selama kegiatan sosial berlangsung.

Para pendamping dituntut untuk berinteraksi dengan semua anak-anak luar biasa yang mengikuti agenda dan mendampingi mereka selama kegiatan berlangsung.

Tufana MJ, Dubas Pelajar, sedang bermain dengan salah seorang anak 
"Inti dari berinteraksi adalah berkomunikasi, maka sanlat ini adalah salah satu cara abdi sosial kami sebagai duta bahasa untuk menggunakan segenap kemampuan kami untuk berinteraksi dan mungkin membantu pada hal yang bisa kami bantu." ujar Tufana, Juara Duta Bahasa Pelajar Jawa Barat 2015.
Kegiatan ini merupakan kegiatan sosial yang sangat berguna bagi kedua belah pihak karena anak mendapatkan banyak pengalaman dan motivasi untuk menyalakan semangat mereka dari para pendamping. Di sisi lain, para pendamping juga mendapat pelajaran yang jauh lebih banyak tentang arti kehidupan dan cara untuk bersyukur karena dapat melakukan hal yang belum tentu orang lain dapat lakukan.

Fatya, Duta Bahasa Jawa Barat 2015, dan Fiesta (14 tahun)
 

"Bahasa tak sebatas lisan dan tulisan. Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang tak terbatas media, seperti halnya empati yang menjadi bahasa yang berkomunikasi melalui hat, seperti gerakan tangan sebagai bahasa untuk berkomunikasi dengan mereka yang tak bisa berbahasa secara lisan, dsb. Sederhananya bahasa itu luas tak terbatas." ujar Fatya Razak, setelah diwawancarai.

Gisha, Rony, Wulan, dan Tufana

Bahasa sangat penting bagi mereka yang sulit berinteraksi dengan banyak orang karena keterbatasan ini karena bahasa tak hanya lisan, bahasa tak terbatas, dan media tak dapat mengebumikan bahasa.

Apakah kamu Duta Bahasa selanjutnya?
Segera tuangkan pemikiranmu ke dalam esai bertemakan budaya literasi dan tunjukkan bahwa kamu adalah Duta Bahasa selanjutnya! Lihat persyaratannya di sini serta unduh formulirnya di Google Drive, Mediafire, atau 4shared. Jadilah pejuang yang siap menyebarkan virus-virus kebahasaan! Jangan lupa ikuti kami di Facebook, Twitter, Instagram, dan Line (Duta Bahasa Jabar) untuk informasi terkini terkait pemilihan Duta Bahasa Jawa Barat 2016 dan seputar kegiatan Dubas Jabar. 
"Berbudaya Literasi, Membangun Bahasa!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar