Nurlesa, akrab dipanggil Eca, adalah seorang mojang kelahiran Garut dengan segudang
prestasi. Lulusan Fakultas Hukum Universitas Padjajaran ini telah meraih medali
dalam berbagai bidang diantaranya bidang atletik, sains, budaya, serta bahasa. Pada
tahun 2013 lalu, peminat antologi puisi ini disematkan sebagai jawara Duta
Bahasa Jawa Barat bersama rekannya, Ageng Sutrisno, setelah melewati berbagai
tahap seleksi ditengah kesibukan akademis yang sedang dihadapi. Menyandang
gelar sebagai seorang Duta Bahasa, Putri Padjadjaran, dan Mojang Kabupaten
Garut, Nurlesa terus mengukir prestasi hingga akhirnya paras rupawannya menghiasi
billboard di ibu kota sebagai salah
seorang Ikon Bahasa.
“Sampai sekarang saya masih belum terbiasa melihat potret diri dalam ukuran yang begitu besar disaksikan oleh banyak pasang mata.”
Ketika ditanya mengenai pengalamannya dalam mengikuti pemilihan duta bahasa, penikmat karya Pramoedya Ananta Toer ini mengaku bahwa kesuksesannya tidak bisa dipisahkan dari dukungan keluarga dan rekan-rekannya. Demi mendapat selempang jawara, Nurlesa harus bersaing dengan mahasiswa terbaik jurusan berbagai jurusan, juara Mojang Jajaka Kota Bandung, dan beberapa orang yang pernah menjuarai ajang pencarian bakat yang semuanya memiliki kemampuan public speaking yang luar biasa. Dengan kualitas saingan yang begitu tinggi, Nurlesa mengaku perasaan tertekan dia alami.
“Apabila kala itu saya menyerah dan mundur dari pemilihan, apabila kala itu saya menyerah pada tekanan, mungkin seluruh berkah ini akan berada di garis takdir orang lain. Saya selalu berharap semoga setiap langkah yang saya lakukan ini dapat menginspirasi dan semakin membuka mata masyarakat akan pentingnya mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia”
Sejalan dengan tema besar pemilihan Duta Bahasa Jawa
Barat 2016, Berbudaya Literasi Membangun Bahasa, Nurlesa menganggap budaya
literasi sebagai salah satu budaya pertama yang diajarkan kepada seorang anak
yang sayangnya tidak selalu berlanjut hingga usia dewasa. Oleh karena itu, diperlukan
solusi tepat untuk menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap literasi. Film Ada
Apa Dengan Cinta 2, menurut Nurlesa, merupakan salah satu contoh solusi yang
efektif karena telah berhasil menumbuhkan budaya ini secara massal.
Nurlesa berpesan kepada para semua generasi muda,
terutama para calon Duta Bahasa yang baru, untuk menjadi ikon bahasa yang
peduli akan budaya literasi. Nurlesa yakin bahwa jika seorang M. Aan Mansyur
saja dapat menularkan “virus mencintai puisi”, puluhan Duta Bahasa pasti dapat
melakukan lebih dari itu. Duta bahasa jangan hanya sekedar menjadi pendengar
atau penonton, tapi harus turut
andil dalam menciptakan bangsa Indonesia yang lebih sadar bahasa.
“Jika sejak kecil orang tua saya selalu berpesan agar saya menjadi orang yang berguna suatu hari nanti, pada saat menjadi seorang Duta Bahasalah saya merasa dapat menyanggupi pesan tersebut. Tidak hanya menjadi bagian penting untuk menemukan solusi permasalahan kebahasaan, saya merasa terberkati karena dapat meneruskan perjuangan pemuda pasca Sumpah Pemuda 1928 di era modern ini”
Apakah kamu Duta Bahasa selanjutnya?
Segera tuangkan pemikiranmu ke dalam esai bertemakan budaya literasi dan tunjukkan bahwa kamu adalah Duta Bahasa selanjutnya! Lihat persyaratannya di sini serta unduh formulirnya di Google Drive, Mediafire, atau 4shared.
Jangan lupa ikuti kami di Facebook, Twitter, Instagram, dan Line (Duta Bahasa Jabar) untuk informasi terkini terkait pemilihan Duta Bahasa Jawa Barat 2016 dan seputar kegiatan Dubas Jabar.
"Berbudaya Literasi, Membangun Bahasa!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar