Tujuan utama kebanyakan orang dalam mempelajari bahasa Inggris adalah untuk berkomunikasi dalam skala internasional. Konsep intelligibility (apakah apa yang disampaikan dimengerti oleh orang lain) menjadi hal yang mutlak harus dimiliki.
Semenjak istilah ‘linguistic
imperialism’, penjajahan melalui bahasa, dipopulerkan oleh Philipson
(1992), konsep world Englishes (Bahasa Inggris Dunia) mulai
diterima oleh banyak negara. Bahasa Inggris tidak lagi dianggap sebagai bahasa
orang Inggris atau orang Amerika saja. Akibat dari World Englishes
(jamak) ini adalah terlalu banyaknya variasi bahasa Inggris di dunia yang
kemudian berimbas kepada ketidakjelasan standar bahasa Inggris yang dipakai
sebagai standar. Setiap bangsa bersikeras mempertahankan ciri khas mereka dalam
berbahasa Inggris sehingga apa yang dikatakan (bisa jadi) tidak dapat
dimengerti oleh bangsa lain.
Kata
sifat dimengerti (intelligible) dan sulit dipahami (unintelligible)
sangat bersifat relatif. Dalam konteks komunikasi internasional, siapa yang
memiliki otoritas untuk menilai apakah sebuah aksen dapat dimengerti/ sulit
dipahami?
1. Jika otoritas tersebut diberikan kepada penutur asli,
para alarmist akan bersikeras bahwa hal tersebut sama saja dengan
berpasrah untuk kembali dijajah (secara bahasa). Selain itu, mengingat sulitnya
menguasai "Bahasa Inggris Standar"/ "Aksen BBC", pembelajar
bahasa Inggris yang bahasa ibunya berbeda jauh dari bahasa Inggris akan
mengalami banyak kesulitan.
2. Jika otoritas
tersebut diberikan kepada komunitas internasional, kebingungan akan dialami karena tidak adanya standar
yang jelas dan semua bangsa bersikeras untuk menonjolkan identitas
kebangsaannya melalui pemertahanan karakteristik fonologis mereka dalam
berbahasa Inggris. Hal ini kemudian akan mempersulit tercapainya intelligibility
dalam komunikasi skala internasional.
Menyikapi
kebingungan ini, konsep Lingua Franca Core (Jenkins, 2000) kemudian muncul.
Dalam LFC ini disebutkan beberapa fitur utama yang harus dimiliki seorang
pembelajar bahasa Inggris agar dapat dimengerti oleh komunitas internasional. Dalam
LFC disebutkan bahwa tidak semua fitur fonologis bahasa Inggris penutur asli
harus dikuasai. Dalam kaitannya dengan pembelajar orang Indonesia, tetap saja
ada beberapa hal yang harus dipelajari agar Bahasa Inggris kita sesuai dengan
LFC. Misalnya, kita harus belajar tentang letak penekanan suku kata pada kata
yang memiliki lebih dari satu suku kata seperti: "In my opinion,
English is very important".
Menjadi
seorang duta bahasa bukan berarti harus menjadi seorang alarmist tetapi
menjadi seseorang yang memiliki pemikiran kritis. Kedua argumen yang
disampaikan sebelumnya harus dipertimbangkan dalam menentukan sebuah sikap.
Saya, misalnya, tidak memberikan label yang negatif kepada orang yang dianggap
'terjajah secara bahasa' namun juga tidak sepenuhnya setuju dengan mereka yang
bersikeras menunjukkan identitasnya sebagai orang Indonesia dalam komunikasi
berbahasa Inggris.
Sebagai
kesimpulan, berikut adalah saran saya dalam menyikapi topik 'Saya Orang
Indonesia, Saya Harus Beraksen Indonesia'. Pertama, tidak usah ada rasa maludengan aksen Indonesia dan mulailah belajar. Kedua, setelah kelancaran dan
percaya diri dalam berbahasa Inggris diperoleh, pembelajaran boleh dihentikan
atau dilanjutkan menuju ketercapaian standar LFC. Pembelajaran lebih lanjut ke
arah 'aksen BBC' atau 'aksen Amerika' bisa dilaksanakan oleh mereka yang
berkeinginan. Tentunya, tanpa melupakan identitas sebagai seorang bangsa
Indonesia yang berwawasan mancanegara.
Tentang penulis:
Riza Purnama adalah seorang
Duta Bahasa yang secara resmi bergabung di tahun 2014. Pria kelahiran 1 Maret 1992
ini adalah penerima beasiswa LPDP ke University College London untuk meraih
gelar master dalam bidang Linguistik Terapan. Jajaka Kabupaten Sukabumi lulusan Pendidikan Bahasa Inggris UPI ini juga telah
meraih beberapa prestasi lain seperti menjadi pemenang British Council IELTS
Prize tingkat Asia tahun 2015, penerima Beasiswa Djarum 2011-2012, serta
presiden Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, UPI (2011).
Apakah kamu Duta Bahasa selanjutnya?
"Berbudaya Literasi, Membangun Bahasa!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar